Meminjam uang berdasarkan Psikologi

Brad Klontz, seorang psikolog dari Institut Financial Psychology mengatakan bahwa orang-orang ternyata lebih memaklumi perbincangan mengenai kehidupan seks dibandingkan keuangan. Alasannya karena saat membicarakan uang, seseorang cenderung mencerminkan kehidupan dan status sosial mereka.

Menurutnya, jika ingin membicarakan soal keuangan atau bahkan meminjam uang, seseorang harus berhati-hati dan jangan mencoba untuk mengalir seolah itu merupakan pembicaraan yang wajar.

Dirinya menambahkan, pembicaraan seolah meminjam uang bukanlah masalah besar bisa berakhir dengan posisi yang canggung untuk kedua belah pihak. Bahkan dengan hal tersebut bisa membuat kedua orang, baik yang meminjam ataupun yang dipinjami, kembali mempertanyakan hubungan pertemanan macam apa yang selama ini dijalani.

Di sisi lain juga, meminjam uang merupakan hal yang sesungguhnya harus dihindari terlebih lagi kepada teman. Klontz mengatakan bahwa hal ini memicu, resiko pada suatu hubungan, dan juga resiko pengulangan event ini tidak kecil.

Paparkan rencana pembayaran dan jangan membautnya merasa seperti seorang rentenir. Berikan juga tenggat waktu untuk mengembalikan uangnya.

Contoh:

Jika memintajam 200 ribu rupiah, jelaskan bagaimana kamu akan mengembalikan uang itu, dalam jangka waktu berapa lama kamu akan membayar.

Tentunya dengan penjelasan yang rinci temanmu pasti merasa sedikit lega mengenai keuangan tersebut.

Satu hal yang paling penting sebelum meminjam uang adalah bersiap-siap untuk ditolak, karna menurut Klontz, ketika seseorang ingin meminjam uang, maka mental orang itu juga harus ideal dengan berada di posisi dimana seseorang tidak mampu mengembalikan uang yang dipinjam, yang berarti jangan memaksa seolah kamu sangat memiliki hak untuk dipinjami dan dirinya sangat berkewajiban untuk meminjamkanmu.